Terapi Rasa, Tak Hanya Bicara 'Cinta' - Review Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (2016) - Sutradara Riri Riza

Terapi Rasa, Tak Hanya Bicara 'Cinta' - Review Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (2016) - Sutradara Riri Riza

Peringatan!!! Sebaiknya anda membaca setelah menonton, dikhawatirkan akan spoiler!!




Review Film Ada Apa Dengan Cinta 2 #AADC2 - Rasa yang terucap secara lisan lebih cenderung memiliki makna yang dangkal. Penuturan perasaan 'Cinta' dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2, ada ketertarikan tersendiri. Perasaan-perasaan yang ditutupi akhirnya tumpah begitu saja tanpa 'Cinta' sadari, ia telah melakukan sebuah kesalahan. Kesalahan itu pada akhirnya menyadarkannya bahwa yang ia lakukan hanya sia-sia dan pada akhirnya akan berkata jujur dengan sendirinya.   



Miles Films
Film Ada Apa Dengan Cinta 2


Film Ada Apa Dengan Cinta 2, Disutradarai oleh Riri Riza, dengan di Produseri oleh Mira Lesmana, membawa dan melanjutkan kisah 'Cinta' dan 'Rangga' ke arah yang lebih matang. kematangan masa-masa dimana mereka dipertemukan kembali. Kekecewaan 'Cinta' terhadap 'Rangga' lambat laun terlumat oleh rasa yang lebih dominan, yakni kerinduan.

Saya sebagai penonton Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2), memang tidak berangkat dari kekosongan cerita sebelumnya. Awal ketika menonton AADC2, ada bayang-bayang masa lalu, masa ketika 'Cinta', Karmel, Maura, Milly, Mamet, dan Alya masih mengenakan pakaian putih abu-abu. Tapi ada yang berbeda di Film AADC 2 ini, tidak ada tokoh Alya (Ladya Ceryl), saya tidak akan menceritakan kemana perginya Alya, saya sarankan segera menonton AADC 2 agar tahu kemana Alya pergi??? 


Baca juga: Melukis dengan Ikatan Emosi - Review Big Eyes (2014) - Director Tim Burton


Kita akan diajak kedunia 'Cinta' dan Sahabat-sahabatnya dengan karakter yang lebih matang dan lebih dewasa, walaupun sifat dasar dari masing-masing karakter tetap dipertahankan sebagaimana yang ditampilkan di Film Ada Apa Dengan Cinta versi sebelumnya. Proses pendewasaan masing-masing karakter pada akhirnya bisa saya ikuti dengan sedikit melepaskan bayangan masa-masa SMA mereka dulu, hingga pada akhirnya saya bisa berdamai dan menikmati cerita ketika 'Rangga' bertemu dengan adik tirinya. 


Puisi-puisi Film Ada Apa Dengan Cinta
'Cinta' dalam Film Ada Apa Dengan Cinta 2
 (foto by aadc2.com)


Film Ada Apa Dengan Cinta 2, memiliki kekuatan hipnotis yang luar biasa bagi penontonnya, terbukti saat pemutaran film ini berlangsung, Penonton seringkali mengungkapkan perasaan-perasaan yang mereka tangkap dengan ungkapan-ungkapan spontanitas. Emosi penonton terbawa selama pemutaran Film AADC2, proses identifikasi terhadap kedua tokoh 'Rangga' dan 'Cinta' cukup berhasil. Mungkin hal ini sedikit dipengaruhi oleh identifikasi terhadap kedua tokoh ini di Film Ada Apa Dengan Cinta, 14 tahun silam. Puisi-puisi 'Rangga' lagi-lagu mampu menyihir penontonnya. 


'Rangga' dalam Ada Apa Dengan Cinta 2
 (foto by aadc2.com)
  
Dominasi kamera handheld terlihat di film AADC 2. Sebagai penonton hal ini sedikit mengganggu pandangan saya, ketika 'Rangga' masih berada di USA. Gerak shaking memberikan efek ketergangguan mata saya sebagai penonton yang saya yakin ini merupakan design yang sengaja di ciptakan oleh Yadi Sugandi sebagai penata sinematografi dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2. Jika kita masuk lebih dalam, kita bisa melihat bentuk-bentuk perasaan 'Rangga' yang gelisah selama berada di USA, hingga ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan menemui 'Cinta'. disini kita bisa mulai merasakan perubahan secara bertahap hingga terlihat gambar lambat laun mulai terasa nyaman.


Tidak hanya itu, Film AADC2 berusaha menampilkan unsur-unsur kreasi, seperti seni instalasi, lukis, dan sebagainya. Ini yang memperkaya film AADC 2. Kelengkapan unsur-unsur seni tersebut tidak lepas dari keterlibatan seniman, khususnya para seniman dari Yogyakarta. Berkolaborasi dengan sentuhan artistik dari Eros Eflin yang sudah tidak diragukan lagi kepiawaiannya, yang selalu menghidupkan unsur yang ada didalam layar (mise en scene). 


Cinta dan Rangga sedang makan malam bersama
(Sumber foto aadc2.com)


Sebagai orang yang pernah tinggal di Kota Yogyakarta selama kurang lebih 3 1/2 tahun. Saya menyesal baru bisa menyaksikan pertunjukan wayang boneka (sebutan saya) lewat film Ada Apa Dengan Cinta 2. hal ini bagi saya sangat menarik, permainan wayang boneka menerjemahkan perasaan-perasaan 'Cinta' ketika sedang menyaksikannya bersama 'Rangga'. Bahasa permainan simbol ini, bagi saya adalah bentuk kematangan dari Film Ada Apa Dengan Cinta 2. Unsur inipun didukung oleh tata suara yang mendukung emosi dan lengkap dengan musik yang membuat emosi penonton semakin masuk ke dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2. 


Karmen, Milly, Maura, dan Cinta
(Sumber foto aadc2.com)


Kekayaan unsur-unsur pendukung Film Ada Apa Dengan Cinta 2 ini, menjadikan film ini saya katakan sebagai terapi rasa, tak hanya bicara 'Cinta'. Walaupun secara garis besar film yang menceritakan tentang kelanjutan kisah cinta antara 'Rangga' dan 'Cinta', namun didalam proses penceritaannya terdapat banyak unsur pendukung sehingga kisah mereka tidak seperti film-film cinta yang kecenderungannya menyeh-menyeh. Kita ambil contoh Puisi, peran puisi dalam film AADC 2 sangat berpengaruh terhadap cerita film ini menjadi renyah untuk diikuti.  Oleh sebab itu saya merekomendasikan film ini, wajib ditonton khususnya bagi para pecinta film yang merindukan film Nasional yang berkualitas. Selamat Menonton. 


Baca juga: Melukis dengan Ikatan Emosi - Review Big Eyes (2014) - Director Tim Burton



Cast Film Ada Apa Dengan Cinta


  • Dian Sastrowardoyo Sebagai Cinta
  • Nicholas Saputra Sebagai Rangga
  • Adinia Wirasti Sebagai Karmen
  • Titi Kamal Sebagai Maura
  • Sissy Prescillia Sebagai Milly
  • Dennis Adhiswara Sebagai Mamet
  • Ario Bayu
  • Christian Sugiono 
  • Sarita Thaib 
  • Dimi Cindyastira 


Crew Film Ada Apa Dengan Cinta 2


  • Mira Lesmana sebagai Producer
  • Riri Riza sebagai Director
  • Mira Lesmana dan Prima Rusdi sebagai Writer
  • Yadi Sugandi sebagai Cinematography
  • Eros Eflin sebagai Art Director
  • Chitra Subijakto sebagai Stylist
  • Jerry Octavianus sebagai Hair & Make Up
  • Waluyo Ichwandiardono sebagai Editor
  • Satrio Budiono sebagai Sound Designer
  • Sutrisno sebagai Sound Recordist
  • Mandy Marahimin sebagai Associate Producer
  • Melly Goeslaw dan Anto Hoed sebagai Music Director



Judul Film: Ada Apa Dengan Cinta 2
Produksi: Miles Films Production 
Tahun produksi: 2016
Website: www.aadc2.com






Melukis dengan Ikatan Emosi - Review Big Eyes (2014) - Director Tim Burton

Melukis dengan Ikatan Emosi - Review Big Eyes (2014) - Director Tim Burton

Ini merupakan review film pertama yang saya lakukan untuk di publish. Segala sesuatunya merupakan subjektifitas saya sebagai penonton. Dalam review film pertama yang akan saya lakukan yaitu film Big Eyes, karya Sutradara Tim Burton. Suatu hal yang menyuntik semangat saya dalam mereview film Big Eyes ini, karena saya tertarik dengan tema atau alur cerita ataupun gagasan yang ada di film ini. Dimana gagasan atau ide yang diangkat menyangkut dunia kreatif yang sangat rawan dengan hak ciptanya. Pengakuan-pengakuan karya seni memang harus diwaspadai oleh pembuat karya seni. Seperti yang terjadi di dalam film Big Eyes ini, Pengakuan karya seni (dalam hal ini seni lukis) oleh seorang suami terhadap karya lukis yang dilukis oleh Istrinya (Margaret/ Ny. Keane).

Pada awalnya ‘mereka’ memang bukanlah seorang pelukis terkenal, Namun setelah Tn. Keane (suami) mengadakan pameran lukis kecil-kecilan disebuah lorong toilet sebuah kafe, lalu menjadikan lukisan ini perlahan-lahan di apresiasi oleh pengunjung kafe tersebut. bentuk pujian mulai dilayangkan oleh salah satu pengunjung wanita bersama suaminya. Hal inilah awal mula timbulnya benih-benih kebohongan yang dilakukan Tn. Keane dengan mengaku lukisan istrinya, sebagai karyanya.




Itulah yang menarik di film big eyes ini. Seseorang yang bergerak di bidang kreatif seperti bidang seni lukis harus melukis dengan adanya keterikatan emosi antara karya dan penciptanya. Sehingga sepandai apapun kebohongan yang ditutupi, tidak akan mencegah kebenaran dan kejujuran dari sebuah karya seni. Dunia penciptaan yang sangat rawan dengan kasus hak cipta, harus sudah mulai diantisipasi sedini mungkin. Sedekat apapun hubungan kita dengan seseorang (seperti yang terjadi didalam film big eyes; Suami-isteri) bukan berarti bisa mengaku-ngaku seenaknya sebuah karya seni yang bukan dia bikin sendiri. Pengakuan-pengakuan ini akan dapat menjadi boomerang bagi orang yang mengaku, karena apabila dibuktikan dengan berkarya, tentu saja dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Di Indonesia sendiri, menurut saya sebuah karya seni tidak banyak diapresiasi oleh warganya sendiri, karena mainset masyarakat yang tertanam sejak dulu bahwa sebuah karya seni adalah kebutuhan tersier dan bukan kebutuhan pokok, artinya hanya sekedar media hiburan semata.

Kasus pengakuan karya seni bahkan pernah saya lihat sendiri melalui kasus yang dialami oleh kawan-kawan. Walaupun dengan bidang seni yang berbeda namun pelanggaran atau pengakuan ini bahkan ketika sedang dalam tahap ‘ide’. Pencurian atau pengakuan ide bisa saja dialami oleh siapapun tanpa terkecuali. Sungguh perbuatan yang sangat buruk jika anda termasuk golongan orang yang mengaku-ngaku karya orang lain apalagi sampai mencurinya, walau hanya sebatas ide.

Kesadaran harus mulai kita pupuk sedini mungkin sebagai selaku pelaku seni, hentikan sharing dengan orang yang memang sudah jelas-jelas mempunyai kredibilitas buruk terhadap pengakuan atau pencurian karya orang lain. Selektiflah dalam mencari teman sharing.

Kembali ke film Big Eyes, film ini sangat cocok bagi anda yang menyukai dunia seni, khususnya seni lukis. Dunia lukis yang tentu saja ada ikatan emosi antara hasil lukisan dengan si penciptanya (quote film big eyes). Sangat menarik dan inspiratif serta mengguggah emosi kita sebagai pelaku seni. Kecerdasan Sutradara Tim Buton dalam mengemas kasus yang pernah terjadi ini, diangkat dalam sebuah karya visual berupa film Big Eyes. Dalam film ini Ada beberapa gambar yang ditampakan seperti lukisan, sungguh indah. Jika saya disuruh menilai film ini, maka saya nilai 8/10. Unsur cerita sudah cukup mengemas ketidaksempurnaan di film ini. Selamat menyaksikan film Big Eyes.



Trailer film Big Eyes:



Hot Review Film